Oleh : Addy Saputro (Dokter Komprehensif FK UNDIP)
Lingkungan
alam yang dikelilingi laut, membuat masyarakat Karimunjawa, di kawasan
Kepulauan Karimunjawa, Jepara sangat akrab dengan dunia kelautan. Kehidupan
nelayan, adalah bagian dari rutinitas yang terlihat di pulau ini, sebagaimana
pulau-pulau lain yang tersebar di Kepulauan Karimunjawa. Selain sebagai
nelayan, banyak juga dari penduduknya yang bekerja sebagai penyelam
tradisional. Kebanyakan, untuk menunjang pendapatan mereka sebagai nelayan.
Para
penyelam tradisional di Kepulauan Karimunjawa, dikenal dengan sebutan penyelam
kompresor. Karena mereka memang menggunakan kompresor, sebagai alat pensuplai
oksigen untuk bernapas. Kompresor yang digunakan adalah kompresor pengisi
udara, seperti yang dipergunakan untuk pengisi ban kendaraan.
Perlengkapan
selam mereka memang hanya ala kadarnya. Selain kompresor dan selang puluhan
meter, yang dilengkapi plastik pensuplai udara melalui mulut, para penyelam
setempat ini memakai pakaian selam seadanya. Berupa kaos lengan panjang dan
celana training bahan kaos, dilengkapi sepatu karet biasa. Ditambah kacamata
selam sederhana. Umumnya mereka menyelam di kedalaman 20 meter hingga 50 meter.
Memasang jaring dan menggiring ikan di dalam laut, hingga masuk ke dalam
perangkap jaring. Di dalam air para penyelam bisa bertahan hingga berjam-jam
lamanya.
Selintas,
mungkin terbersit kekaguman pada daya tahan para penyelam ini. Namun di balik
itu sesungguhnya ada bahaya mengintai. Minimnya pengetahuan dan teknik menyelam
yang benar, serta tidak standarnya peralatan selam yang dipakai, benar, serta
tidak standarnya peralatan selam yang dipakai, membuat berbagai risiko
mengancam sang penyelam. Kasus demi kasus berkaitan dengan gangguan kesehatan
pun, mulai bermunculan dan disebut juga penyakit dekompresi. Penyakit
dekompresi merupakan kelainan akibat pelepasan dan pengembangan gelembung gas
dalam darah atau jaringan karena penurunan tekanan di sekitarnya. Banyak
dijumpai pada penyelam tradisional dengan alat sederhana seperti yang dipakai
para penyelam di Karimunjawa. Gejala dekompresi biasanya muncul dalam bentuk
kesemutan dan pegal-pegal. Mereka tidak menyadari, sebenarnya bahaya besar
seperti kelumpuhan tubuh, sedang mengintai.
Setiap
tahun, kasus gangguan kesehatan akibat menyelam tradisional selalu
berulang. Bahkan beberapa orang sampai meninggal dunia. Sebagian besar para
penyelam tradisional, enggan memeriksakan gejala-gejala awal, seperti
sakit di bagian telinga, kening, atau rasa kesemutan dan ngilu di bagian
persendian akibat menyelam hingga kelumpuhan anggota gerak bawah. Semua keluhan ini terutama diakibatkan minimnya
pengetahuan, tentang teknik menyelam yang benar dan aman.
Terbatasnya
fasilitas pengobatan di Karimunjawa, menyulitkan para tenaga medis untuk
memberikan pengobatan maksimal terhadap kasus gangguan kesehatan ini. Selain
merujuk pada rumah sakit besar yang ada di kota besar, yang paling memungkinkan
adalah, memberikan penyuluhan kesehatan dan penjelasan yang benar tentang
teknik menyelam sebagai upaya preventif. Sebuah upaya yang mungkin lebih
efektif, daripada melarang mereka menyelam mencari nafkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar