Senin, 31 Agustus 2015

Dekompresi Penyelam Tradisional di Kepulauan Karimunjawa

Oleh : Addy Saputro (Dokter Komprehensif FK UNDIP)

Lingkungan alam yang dikelilingi laut, membuat masyarakat Karimunjawa, di kawasan Kepulauan Karimunjawa, Jepara sangat akrab dengan dunia kelautan. Kehidupan nelayan, adalah bagian dari rutinitas yang terlihat di pulau ini, sebagaimana pulau-pulau lain yang tersebar di Kepulauan Karimunjawa. Selain sebagai nelayan, banyak juga dari penduduknya yang bekerja sebagai penyelam tradisional. Kebanyakan, untuk menunjang pendapatan mereka sebagai nelayan.

Para penyelam tradisional di Kepulauan Karimunjawa, dikenal dengan sebutan penyelam kompresor. Karena mereka memang menggunakan kompresor, sebagai alat pensuplai oksigen untuk bernapas. Kompresor yang digunakan adalah kompresor pengisi udara, seperti yang dipergunakan untuk pengisi ban kendaraan.

Perlengkapan selam mereka memang hanya ala kadarnya. Selain kompresor dan selang puluhan meter, yang dilengkapi plastik pensuplai udara melalui mulut, para penyelam setempat ini memakai pakaian selam seadanya. Berupa kaos lengan panjang dan celana training bahan kaos, dilengkapi sepatu karet biasa. Ditambah kacamata selam sederhana. Umumnya mereka menyelam di kedalaman 20 meter hingga 50 meter. Memasang jaring dan menggiring ikan di dalam laut, hingga masuk ke dalam perangkap jaring. Di dalam air para penyelam bisa bertahan hingga berjam-jam lamanya.

 

Selintas, mungkin terbersit kekaguman pada daya tahan para penyelam ini. Namun di balik itu sesungguhnya ada bahaya mengintai. Minimnya pengetahuan dan teknik menyelam yang benar, serta tidak standarnya peralatan selam yang dipakai, benar, serta tidak standarnya peralatan selam yang dipakai, membuat berbagai risiko mengancam sang penyelam. Kasus demi kasus berkaitan dengan gangguan kesehatan pun, mulai bermunculan dan disebut juga penyakit dekompresi. Penyakit dekompresi merupakan kelainan akibat pelepasan dan pengembangan gelembung gas dalam darah atau jaringan karena penurunan tekanan di sekitarnya. Banyak dijumpai pada penyelam tradisional dengan alat sederhana seperti yang dipakai para penyelam di Karimunjawa. Gejala dekompresi biasanya muncul dalam bentuk kesemutan dan pegal-pegal. Mereka tidak menyadari, sebenarnya bahaya besar seperti kelumpuhan tubuh, sedang mengintai.

Setiap tahun, kasus gangguan kesehatan akibat menyelam tradisional selalu berulang. Bahkan beberapa orang sampai meninggal dunia. Sebagian besar para penyelam tradisional, enggan memeriksakan gejala-gejala awal, seperti sakit di bagian telinga, kening, atau rasa kesemutan dan ngilu di bagian persendian akibat menyelam hingga kelumpuhan anggota gerak bawah. Semua keluhan ini terutama diakibatkan minimnya pengetahuan, tentang teknik menyelam yang benar dan aman.
Terbatasnya fasilitas pengobatan di Karimunjawa, menyulitkan para tenaga medis untuk memberikan pengobatan maksimal terhadap kasus gangguan kesehatan ini. Selain merujuk pada rumah sakit besar yang ada di kota besar, yang paling memungkinkan adalah, memberikan penyuluhan kesehatan dan penjelasan yang benar tentang teknik menyelam sebagai upaya preventif. Sebuah upaya yang mungkin lebih efektif, daripada melarang mereka menyelam mencari nafkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar