Minggu, 15 November 2015

Refreshing Kader dan Pelatihan Administrasi Posyandu

          Kegiatan Refreshing Kader Posyandu merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Karimunjawa. Refreshing Kader dilaksanakan di masing-masing desa, dimana kegiatan ini mempertemukan kader-kader posyandu di wilayah Puskesmas Karimunjawa, untuk diberikan informasi-informasi kesehatan terbaru seputar masalah kesehatan dan pemantauan pelaporan dan administrasi posyandu.
           


Untuk kader Desa Parang dan Desa Nyamuk kegiatan refreshing kader dilanjutkan dengan OJT (On The Job Training), melatih kader dalam pengisian pelaporan dan adminisrasi posyandu.



Bakti Sosial KAGAMA di Puskesmas Karimunjawa Dihadiri Gubernur Jawa Tengah

       Bakti Sosial KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada) merupakan wujud dari kepedulian dokter-dokter alumi Universitas Gajah Mada terhadap kesehatan masyarakat Karimunjawa. Kegiatan ini dibuka sendiri oleh Ketua Umum Pusat KAGAMA yaitu Gubernur Jawa Tengah, H. Ganjar Pranowo, SH, MH di halaman Puskesmas Karimunjawa. Beliau tiba di Bandara Dewandaru Desa Kemujan Kecamatan Karimunjawa pada Hari Jumat tanggal 13 November 2015 beserta rombongan, dengan menaiki Helikopter dari Bandara A. Yani Semarang.
Pencanangan Bakti KAGAMA untuk Karimunjawa oleh Gubernur Jawa Tengah
Gubernur Jawa Tengah saat Upacara Pembukaan Baksos KAGAMA

         Seusai membuka acara Bakti Sosial KAGAMA, Bapak H. Ganjar Pranowo, SH mengunjungi Pasien Rawat Inap di Puskesmas Karimunjawa. Beliau sangat senang dengan pelayanan kesehatan yang telah diberikan oleh dokter, perawat, bidan dan seluruh karyawan puskesmas karimujawa bagi masyarakat karimunjawa.

Gubernur Jawa tengah didampingi Ka Dinkes Jawa Tengah dan Kepala Puskesmas Karimunjawa
Kegiatan Bakti Sosial KAGAMA oleh Ketua Korwil Karesidenan Pati dan Ketua Bidang Kesehatan Satgas Mbangun Karimunjawa yaitu dr. Cahyono Hadi, SPoG, PhD dan Ketua KAGAMA Cabang Jepara dan Ketua Satgas Mbangun Karimunjawa yaitu Ir. Hery Kusnanto  dilaksanakan pada hari Sabtu (14/11/2015). Serangkaian Bakti Sosial melibatkan dokter spesialis yaitu dokter spesialis  kandungan sebanyak 2 orang, dokter spesialis THT-KL sebanyak 1 orang, Dokter Gigi sebanyak 10 orang, dan Dokter umum 2 orang.

Pemeriksaan Kandungan dengan USG oleh dr. Cahyono, Sp.OG
Pemeriksaan THT oleh dr. Awal Prasetyo, Sp. THT-KL

Pemeriksaan Gigi oleh dokter-dokter gigi

Selain melakukan Pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas, juga melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan gigi bagi siswa-siswa sekolah yaitu di SD 1 Karimunjawa dan SD 2 Karimunjawa. Sebanyak 300 siswa SD telah dilakukan screening gigi dan melaksanakan tindakan gigi sebanyak 150 siswa.
Penyuluhan Kesehatan Gigi di Sekolah
Pemeriksaan Gigi di Sekolah
Melalui kegiatan bakti sosial ini telah menjaring total pasien di puskesmas sebanyak 217 pasien. terdiri dari pasien gigi 54 orang, pasien THT 9 orang, pasien kandungan 37 orang, pasien umum 117 orang.
Terima Kasih kepada KAGAMA akan kepeduliaanya terhadap masyarakat Karimunjawa. Harapan kami kegiatan bakti sosial seperti ini bisa dilanjutkan dan terlaksana lagi.

Minggu, 27 September 2015

PENANGANAN GIGITAN ULAR




Oleh: Mochamad Muntaha
Dokter Komprehensif  Puskesmas Karimunjawa 7 September 2015-3 Oktober 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

            Karimunjawa tidak hanya terkenal dengan pantainya ataupun budayanya yang bercampur menjadi satu. Tapi saat kita menyebut karimunjawa apalagi mengatakan hewan khas Karimunjawa, tentu pikiran kita langsung tertuju pada salah satu jenis hewan melata. Benar apa yang ada dipikiranmu, hewan tersebut adalah ular.

Ular memang ada banyak jenis, mulai dari yang sangat berbisa ataupun yang tidak berbisa sekalipun. Dan di Karimunjawa ular tersebut adalah salah satu jenis ular yang berbisa. Ular Edor begitulah namanya yang dikenal oleh masyarakat setempat, atau kalau orang Bugis mengatakan dengan nama “kaleleng.

                                Gambar ular edor


Ular Edor ini termasuk pada golongan ular tanah. Ular tanah (Calloselasma rhodostoma) adalah sejenis ular bandotan yang amat berbisa. Termasuk ke dalam anak suku Crotalinae (bandotan berdekik), ular tanah menyebar di Asia Tenggara dan Jawa. Ular ini juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti oray lemah, oray gibug (Sd.), ular edor (Karimunjawa), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Malayan pit viper .
Diperkirakan terjadi 700 kasus gigitan ular ini pada manusia setiap tahun, dengan tingkat kematian sebesar 2 persen. Gigitan ular ini sangat menyakitkan,menimbulkan pembengkakan, dan kadang-kadang terjadi kematian jaringan (gangreen, nekrosis). Meskipun gigitan fatal jarang terjadi, namun banyak korbannya yang kemudian mengalami kerusakan atau disfungsi anggota badan, atau bahkan harus diamputasi, karena ketiadaan serum anti-bisa atau keterlambatan pengobatan.
Orang menganggap semua ular berbahaya, dan bila bertemu akan berusaha membunuhnya dan jika tergigit, segera melakukan penanganan gigitan yang berlebihan. Akibatnya cukup fatal serta merugikan manusia sendiri. Demikian pula jika penanganan efek gigitan ular berbisa tinggi dilakukan dengan lambat dan salah, maka dapat menyebabkan dampak yang fatal bagi korban. Efek gigitan racun ular ke tubuh manusia selain ditentukan oleh kadar bisa/racun itu sendiri juga dipengaruhi daya tahan tubuh manusia yang digigit. Semakin baik “pertahanan” alami atau antibody yang dimiliki, dan semakin sehat metabolisme tubuh manusia, efek gigitan akan berkurang rasanya dibandingkan dengan korban yang memiliki imunitas rendah atau sedang dalam kondisi tidak fit karena kecapekan atau sakit.
Hal yang paling utama dalam melakukan pertolongan pada korban gigitan ular berbisa adalah sang penolong tidak boleh Panik dan berusaha menenangkan korban juga agar tidak ikut panik. Lakukan segala tindakan dengan benar dan cepat (tapi tidak tergesagesa).
1. Sebagai tindakan pertama kita sebaiknya mengetahui prinsip dasar penanganan gawat darurat dengan Metode DR CAB (Danger Response Circulation Airways Breath) :
           Danger (Bahaya)
Pastikan bahwa posisi penolong dan korban tidak dalam keadaan bahaya. Singkirkan ular dari sekitar kita, agar mencegah ada gigitan yang kedua atau ketiga. Posisikan penolong dan korban dalam posisi yang tidak membahayakan dari berbagai ancaman.
Response (Respon)
Ajak bicara sang korban untuk mendapatkan respon, sehingga kita tahu bahwa dia dalam keadaan sadar dan dapat merespon apa yang kita lontarkan. Setelah itu mintalah pertolongan dengan berteriak “Tolong!!!”, dan juga menghubungi Unit Gawat Darurat 118 dan 119, jika dari telpon selular (GSM) bisa menghubungi 112.
Circulation (Sirkulasi)
Memastikan sirkulasi darah lancar dengan memastikan ada tidaknya denyut jantung pada korban. Denyut jantung bisa ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher korban, caranya dengan meletakkan 23 jari (telunjuk dan jari tengah) ditengahtengah leher korban hingga teraba trachea lalu geser ke kiri/kanan kirakira 23 cm tekan dengan lembut 510 detik. Jika denyutan nadi terasa, maka lanjutkan ke langkah berikutnya yaitu airways. Tapi jika tidak ada denyutan nadi maka lakukan bantuan sirkulasi dengan cara :
• Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
• Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
• Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jarijari tangan menyentuh dinding dada korban, jarijari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
• Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali kompresi) dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 – 2 inci (3,8 – 5 cm).
• Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
• Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
• Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30 kompresi dan 2 kali tiupan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.
Airways (Jalur Nafas)
Pastikan bahwa sang korban tidak terganggu jalur pernafasannya, jika terjadi gangguan maka harus dibebaskan jalur nafasnya. Perhatikan posisi leher! Posisi leher harus tetap lurus agar tidak menganggu jalur pernafasan.
Breath (Pernafasan)
Setelah memastikan jalur pernafasannya tidak terganggu, maka selanjutnya kita harus memastikan bahwa sang korban bernafas dengan normal. Normalnya manusia akan bernafas 1230 kali dalam satu menit. Jika korban tidak bernafas dengan normal, atau sama sekali tidak bernafas, maka harus diberikan nafas bantuan atau CPR (Cardiopulmonary Resuscitation).
Langkahlangkah CPR :
• Pastikan korban pada berbaring lurus telentang, buka saluran napasnya dengan menempatkan satu tangan di dahinya dan mendongakkan kepalanya perlahanlahan ke belakang.
• Singkirkan halangan apa pun dari mulut dan angkat dagunya.
• Jepit lubang hidung korban hingga tertutup. Tarik napas penuh, tempatkan bibir Anda di sekliling mulutnya agar tidak ada celah.
• Hembuskan napas ke dalam mulut korban sampai Anda melihat dadanya naik. Perlu waktu dua detik agar dada mengembang penuh.
• Lepaskan mulut Anda dari mulutnya dan biarkan dadanya turun sepenuhnya, ini memerlukan waktu sekitar empat detik. Ulangi prosedur sekali lagi dan kemudian periksa tanda peredaran darah.
• Jika tidak ada tandatanda pemulihan, misalnya kembalinya warna kulit menjadi normal kembali atau pergerakan apa pun, cobalah lakukan resusitasi jantung paru. Tetapi jika terdapat tandatanda pemulihan, namun korban belum bernapas, berikan 10 napas bantuan permenit dan periksa tanda peredaran darah setiap 10 napas. Jika korban kembali bernapas spontan, tempatkan dia dalam posisi pemulihan.
2. Imobilisasi luka gigitan dan Lakukan pembalutan elastis
Pembalutan dimulai diatas luka gigitan, jangan tutupi luka gigitan, sehingga memungkinkan untuk melakukan insisi nantinya jika diperlukan. Jangan buka balutan hingga sampai di Klinik atau Rumah Sakit.
Imobilisasi luka gigitan bisa dilakukan dengan menggunakan bidai, atau papan yang menyangga tangan/kaki, sehingga tangan/kaki korban tidak banyak bergerak.
3. Tenangkan korban
jangan banyak melakukan aktifitas/gerakan yang menguras tenaga dan mempercepat detak jantung, karena bisa ular akan semakin cepat menyebar seiring detak jantung.
4. Kenali ular yang menggigit (LANGKAH VITAL dan PENTING!)
Di Indonesia ini sangat penting dan vital, karena tim medis akan lebih mudah dan cepat menanganinya jika mengetahui jenis bisanya. Minimnya pengetahuan tim medis akan jenis ular juga biasanya mempersulit penanganan pada korban.
• Jika dapat mengenali ular, sesuaikan tindakan pertolongan sesuai dengan karakter efek bisa nya terhadap manusia.
• Jika luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi
• Jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka banyak berarti tidak berbisa.
• Jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi dan mematikan. Jika anda memiliki telpon selular yang ada kameranya mungkin anda bisa memotretnya. Hafalkan ciriciri ular tersebut (warna, bentuk tubuh, bentuk kepala, gerakgerik, dan perilaku khususnya)
5. Lakukan tindakan pertolongan pertama
Efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular.
Efek gigitan pada umumnya :
• Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
• Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
• Mulut terasa kering
• Pusing, mata berkunang kunang
• Demam, menggigil
• Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.
Penanganan jika tergigit dengan efek di atas :
• Posisikan bagian yang terluka lebih rendah dari posisi jantung
• Ikat diatas luka sampai berkerut. Setiap 10 menit, kendorkan 1 menit
• Buat luka baru deagn kedalam sekitar 12 mm dengan pisau, cutter, silet (yang disterilkan atau tidak, tergantung situasi). Buat luka pada mulai dari bagian atas, melalui lubang luka akibat taring. INGAT ! irisan luka baru jangan horisontal tetapi vertikal.
• Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah luka baru. Korban akan terasa sangat kesakitan, sehingga perlu dilakukan dengan hati – hati tetapi tetap berlanjut. Saat mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Upaya pengeluaran dapat dibantu dengan alat khusus “snakebite kit”, alat suntik (tanpa jarum), batang muda pohon pisang, teknik menggunakan tali senar, dll....
tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan racun dengan menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada si penolong karena racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi bahkan tertelan hingga lambung dan usus.
• Proses itu dilakukan berulangulang hingga darah berwarna merah kehitaman dan berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah segar.
Evakuasi korban
Jika pertolongan tidak segera datang, sebaiknya anda segera membawa korban ke Rumah Sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut. Informasikan kepada tim medis / dokter kronologis yang terjadi, apa yang sudah dilakukan dan ular apa yang menggigit, serta sudah berapa lama.
Biasanya dokter akan melakukan observasi selama 1x24 jam setelah pasien mendapatkan suntikan antibisa ular dan yang lainnya. INGAT !!!!
Tidak semua efek gigitan berbisa tinggi seperti diatas. Jika yang diserang hanya syaraf, maka tidak terjadi pembangkakan, demam, pusing, muntah dll. Penanganan gigitan ular welang, ular weling, ular laut, ular pudak seruni membutuhkan teknik khusus karena spesifikasi racunnya berbeda.
6. Perhatikan !!
Jangan beri minuman beralkohol
Usahakan agar korban tetap dalam keadaan sadar
Berikan semua jenis makanan dan minuman yang bergizi
Jangan bergerak berlebihan, istirahat yang cukup
Segera Evakuasi ke Rumah Sakit terdekat


Pasca Pertolongan Pertama
Setelah dibawa ke rumah sakit Korban akan diberikan Serum Anti Bisa Ular (SABU) Polivalen. Kebanyakan Rumah Sakit di Indonesia hanya menyediakan SABU polivalen yang diproduksi biofarma ini.
Polivalen artinya, Dalam satu Serum ini terdapat lebih dari dua antibisa ular, yaitu untuk Ular Tanah, Kobra, welang, weling. Dalam satu 1ml berisi :
1. 1050 LD50 bisa Calloselasma rhodostoma (Ular Tanah)
2. 2550 LD50 bisa Bungarus candidus / fasciatus (Welang / weling)
3. 2550 LD50 bisa Naja sputarix (Ular Kobra)
4. Fenol 0,25% v/v.
Teknik Pemberian
2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 4080 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial).
Catatan : teknik pengobatan korban gigitan ular dengan antibisa harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, dan harus dilakukan oleh tim Medis yang berkompeten.
Rasa nyeri pada gigitan ular mungkin ditimbulkan dari amin biogenik, seperti histamin dan 5 hidroksitriptamin, yang ditemukan pada Viperidae. Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejalankhusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi edem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan).
Setelah dibawa ke Rumah Sakit atau klinik terdekat, sebaiknya serahkan halhal yang bersifat klinis kepada tim medis. Ada baiknya tetap melakukan evaluasi personal terhadap diri sendiri. Lawan bisa ular dengan sugestisugesti positif dari dalam diri sendiri. Mengkonsumsi Madu, susu, air putih, dan makanan bergizi lainnya terbukti sangat membantu memulihkan kondisi paska gigitan. Bisa ular kemungkinan masih berada dalam tubuh kita selama satu minggu atau bahkan lebih, bergantung penanganannya.

REFERENSI
Sudoyo AW, et.al. (ed.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. 2006. FK UI. Jakarta. Hlm. 210‐212.
Sioux Indonesia. Makalah pengantar : Identifikasi dan Penanganan Ular di Indonesia. 2011. Jakarta.
Warrel, David A. Guidelines for The Clinical Management of Snake bites in the Sout‐East Asia Region.
1999. WHO. Thailand
WHO Regional Office for South‐East Asia. Report and Working Paper : Management of Snake bite and
Research in Yangon Myanmar 2001.2002. New Delhi, India.


Jumat, 25 September 2015

PENANGANAN SENGATAN IKAN PARI

Oleh: Desriyan Purnama Putra
Dokter Komprehensif  Puskesmas Karimunjawa 7 September 2015-3 Oktober 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Bagi anda yang suka melakukan kegiatan diving ataupun snorkeling, kadangkala anda dapat menemui beraneka flora dan fauna laut yang dapat memberikan bahaya kepada anda. Seperti ubur-ubur, ikan karang, ikan pari dan banyak lainnya.

Permasalahan yang cukup sering ditemui di Puskesmas Karimunjawa salah satunya adalah pasien-pasien yang datang dengan keluhan tersengat ikan pari. Karimunjawa sebagai salah satu kepulauan yang memiliki banyak pesona pariwisata menyebabkan banyak pula mendapatkan kunjungan wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Ikan pari (Stingray) merupakan salah satu flora laut dari  family Dasyatidae, bertulang rawan, memiliki ekor menyerupai cambuk, dengan sirip dada menyerupai sayap dengan sisi  bagian depan menyatu dengan kepala, dan ekor pada beberapa spesies sangat tajam dan menyerupai cambuk.

Sumber: bbc.co.uk.
Pasien biasanya mengalami luka akibat sengatan ikan pari karena secara tidak sengaja menginjak ikan pari, yang secara reflek ikan pari tersebut menyerang orang yang menginjaknya sebagai mekanisme pertahanan diri.1sengatan ikan pari merupakan perlukaan yang paling sering dialami oleh para penyelam. Ekor pari dapat menyebabkan luka robek dan luka tusuk.2 ikan pari tidak akan menyerang kecuali saat ikan tersebut merasa terganggu. Sengatan akibat ikan pari sendiri sering terjadi namun jarang yang fatal.
Sengatan duri ikan pari yang mengenai kaki korban

Ikan pari mungkin menyebabkan beberapa tipe perlukaan pada manusia yang tidak fatal seperti, gigitan, laserasi superfisial tanpa disertai adanya racun yang terlibat, laserasi yang dalam, serta dapat juga kombinasi luka penetrasi disertai proses envenoming. Walaupun banyak yang tidak fatal, namun luka penetrasi pada dada dapat menyebabkan tamponade jantung segera atau dalam waktu tertentu, selain itu luka-luka pada leher yang dapat menyebabkan gangguan jalan nafas, luka penetrasi yang mengenai pembuluh darah yang dapat menyebabkan syok, dan infeksi lanjutan disertai adanya kerusakan jaringan serta syok septik merupakan komplikasi-komplikasi yang dapat muncul dan dapat menjadi hal yang fatal dari sengatan ikan pari.3

Gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh pasien yang mengalami sengatan ikan pari antara lain:nyeri sedang, tajam dan seperti ditusuk-tusuk, luka yang berdarah, area disekitar luka biasanya bengkak dan kemerahan atau membiru, adanya pembesaran kelenjar limfa, mual, muntah, demam, kram otot, tremor, kelemahan, peningkatan heart rate, penurunan tekanan darah mungkin terjadi, bahkan kematian.1,2

Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien sengatan ikan pari adalah1,2 :
  1.  Melakukan pemeriksaan luka, jangan lupa melakukan pemeriksaan cermat kemungkinan luka lain, apabila terjadi perlukaan pada region thorakoabdominal, segera lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tersier yang memiliki peralatan dan staf medis yang lengkap.
  2. Pastikan kondisi pasien stabil, keluarkan pasien dari air, lakukan pembilasan luka untuk membuang serpihan duri ekor ikan pari, jaringan kelenjar ikan pari, namun jika luka yang dihasilkan hanya berupa laserasi superfisial, bukan luka yang menyebabkan penetrasi ke dada, perut ataupun leher, serta pada duri yang menancap dalam pada ekstremitas.
  3. Jika mengalami perdarahan, lakukan tekanan langsung pada luka, jangan memberikan ikatan atau torniket untuk menghentikan perdarahan.
  4. Bersihkan luka dengan menggunakan larutan irigasi steril  atau dengan air bersih, beberapa rekomendasi lain antara lain dengan merendam luka ke dalam air hangat ( maksimal 43,3 0C, atau pada suhu yang dapat ditolerir oleh kulit dan tidak menyebabkan luka bakar) antara 30-90 menit, hal ini karena racun pada duri ekor ikan pari bersifat heat labile,  sehingga racun dari duri ekor ikan pari dapat mengalami denaturasi dan dapat mengurangi nyeri yang timbul, namun pada percobaan pada kontrol acak tidak terlalu efektif dan beresiko menimbulkan perlukaan tambahan akibat panas yang ditimbulkan.
  5. Gunakan pinset untuk mencabut duri ekor yang masih menancap, basuh luka dengan menggunakan air bersih. Lakukan debridemen luka, untuk membersihkan luka yang ada, untuk menghindari kerusakan jaringan dan infeksi. Debridemen luka menggunakan larutan salin atau air yang bersih serta penanganan jaringan nekrosis segera dan secepat mungkin memberikan hasil penyembuhan yang lebih cepat.
  6. Beberapa rekomendasi lain adalah pemberian anastesi lokal dengan lidokain ataupun bupivakain untuk mengurangi nyeri, lalu selanjutnya memberikan serum anti tetanus untuk pencegahan. Pemberian anti nyeri juga dapat dipertimbangkan.
  7. Penggunaan antibiotik rutin tidak direkomendasikan pada luka akibat sengatan ikan pari, antibiotik dapat dipertimbangkan untuk diberikan pada luka-luka yang berpotensi menjadi infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan antara lain kloramfenikol, trimetropim/sulfamethoxazole, golongan quinolon, golongan aminoglikosida ataupun cefalosforin.  Biasanya pemberian antibiotik profilaksis diberikan secara oral dengan jangka waktu minimal 5 hari.




REFERENSI
  1. Emedicine.medscape.com/article/772683-clinical. Stringray envenomation clinical presentation.  John. L Maede. Updated Mar 18, 2014.
  2. James H Diaz. The Evaluation, Management and Preventive of Stingray Injuries in Travelers. Journal of Travel Medicine,  Volume 15, Issue 2, 2008,102-109