Oleh: Mochamad Muntaha
Dokter Komprehensif Puskesmas Karimunjawa 7 September 2015-3 Oktober
2015
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Karimunjawa tidak hanya
terkenal dengan pantainya ataupun budayanya yang bercampur menjadi satu. Tapi
saat kita menyebut karimunjawa apalagi
mengatakan hewan khas Karimunjawa, tentu pikiran kita langsung tertuju pada salah satu jenis hewan melata.
Benar apa yang ada dipikiranmu, hewan tersebut adalah ular.
Ular memang ada banyak jenis, mulai dari yang sangat
berbisa ataupun yang tidak berbisa sekalipun. Dan di Karimunjawa ular tersebut
adalah salah satu jenis ular yang berbisa. Ular Edor begitulah namanya yang dikenal oleh
masyarakat setempat, atau kalau orang Bugis mengatakan dengan nama “kaleleng”.
Gambar ular
edor
Ular Edor ini termasuk
pada golongan ular tanah. Ular tanah (Calloselasma rhodostoma) adalah
sejenis ular bandotan yang amat berbisa. Termasuk ke dalam anak suku Crotalinae
(bandotan berdekik), ular tanah menyebar di Asia Tenggara dan Jawa. Ular ini
juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti oray lemah, oray gibug (Sd.),
ular edor (Karimunjawa),
dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Malayan pit viper .
Diperkirakan terjadi 700 kasus gigitan
ular ini pada manusia setiap tahun, dengan tingkat kematian sebesar 2 persen.
Gigitan ular ini sangat menyakitkan,menimbulkan pembengkakan, dan kadang-kadang
terjadi kematian jaringan (gangreen, nekrosis). Meskipun gigitan fatal jarang
terjadi, namun banyak korbannya yang kemudian mengalami kerusakan atau
disfungsi anggota badan, atau bahkan harus diamputasi, karena ketiadaan serum
anti-bisa atau keterlambatan pengobatan.
Orang menganggap semua ular berbahaya,
dan bila bertemu akan berusaha membunuhnya dan jika tergigit, segera melakukan
penanganan gigitan yang berlebihan. Akibatnya cukup fatal serta merugikan
manusia sendiri. Demikian pula jika penanganan efek gigitan ular berbisa tinggi
dilakukan dengan lambat dan salah, maka dapat menyebabkan dampak yang fatal
bagi korban. Efek gigitan racun ular ke tubuh manusia selain ditentukan oleh
kadar bisa/racun itu sendiri juga dipengaruhi
daya tahan tubuh manusia yang digigit. Semakin baik “pertahanan” alami
atau antibody yang dimiliki, dan semakin sehat metabolisme tubuh
manusia, efek gigitan akan berkurang rasanya dibandingkan dengan korban yang
memiliki imunitas rendah atau sedang dalam kondisi tidak fit karena
kecapekan atau sakit.
Hal yang paling utama dalam melakukan pertolongan pada korban gigitan ular
berbisa adalah sang penolong tidak
boleh Panik dan berusaha menenangkan korban juga agar tidak ikut panik.
Lakukan segala tindakan dengan benar dan cepat (tapi tidak tergesa‐gesa).
1. Sebagai tindakan pertama kita sebaiknya
mengetahui prinsip dasar penanganan gawat darurat dengan Metode DR CAB (Danger Response Circulation Airways
Breath) :
Danger (Bahaya)
Pastikan bahwa posisi penolong dan
korban tidak dalam keadaan bahaya. Singkirkan ular dari sekitar kita, agar
mencegah ada gigitan yang kedua atau ketiga. Posisikan penolong dan korban
dalam posisi yang tidak membahayakan dari berbagai ancaman.
Response
(Respon)
Ajak bicara sang korban untuk
mendapatkan respon, sehingga kita tahu bahwa dia dalam keadaan sadar dan dapat
merespon apa yang kita lontarkan. Setelah itu mintalah pertolongan dengan
berteriak “Tolong!!!”, dan juga
menghubungi Unit Gawat Darurat 118 dan 119, jika dari telpon selular (GSM) bisa
menghubungi 112.
Circulation
(Sirkulasi)
Memastikan sirkulasi darah lancar
dengan memastikan ada tidaknya denyut jantung pada korban. Denyut jantung bisa
ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher korban, caranya dengan
meletakkan 2‐3 jari
(telunjuk dan jari tengah) ditengah‐tengah leher korban hingga teraba
trachea lalu geser ke kiri/kanan kira‐kira 2‐3 cm tekan dengan lembut 5‐10 detik. Jika denyutan nadi terasa,
maka lanjutkan ke langkah berikutnya yaitu airways. Tapi jika tidak ada
denyutan nadi maka lakukan bantuan sirkulasi dengan cara :
• Dengan jari telunjuk dan jari tengah
penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang
dada (sternum).
• Dari pertemuan tulang iga (tulang
sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan
tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
• Letakkan kedua tangan pada posisi
tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang
lainnya, hindari jari‐jari tangan
menyentuh dinding dada korban, jari‐jari tangan dapat diluruskan atau
menyilang.
• Dengan posisi badan tegak lurus,
penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara
teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali kompresi) dengan kedalaman
penekanan berkisar antara 1.5 – 2 inci (3,8 – 5 cm).
• Tekanan pada dada harus dilepaskan
keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap
kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan
kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
• Tangan tidak boleh lepas dari
permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
• Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian
napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30 kompresi dan 2 kali tiupan nafas),
dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.
Airways
(Jalur Nafas)
Pastikan bahwa sang korban tidak
terganggu jalur pernafasannya, jika terjadi gangguan maka harus dibebaskan
jalur nafasnya. Perhatikan posisi leher! Posisi leher harus tetap lurus agar tidak
menganggu jalur pernafasan.
Breath
(Pernafasan)
Setelah memastikan jalur pernafasannya
tidak terganggu, maka selanjutnya kita harus memastikan bahwa sang korban
bernafas dengan normal. Normalnya manusia akan bernafas 12‐30 kali dalam satu menit. Jika korban
tidak bernafas dengan normal, atau sama sekali tidak bernafas, maka harus
diberikan nafas bantuan atau CPR
(Cardiopulmonary Resuscitation).
Langkah‐langkah CPR :
• Pastikan korban pada berbaring lurus
telentang, buka saluran napasnya dengan menempatkan satu tangan di dahinya dan
mendongakkan kepalanya perlahan‐lahan ke belakang.
• Singkirkan halangan apa pun dari
mulut dan angkat dagunya.
• Jepit lubang hidung korban hingga
tertutup. Tarik napas penuh, tempatkan bibir Anda di sekliling mulutnya agar
tidak ada celah.
• Hembuskan napas ke dalam mulut korban
sampai Anda melihat dadanya naik. Perlu waktu dua detik agar dada mengembang
penuh.
• Lepaskan mulut Anda dari mulutnya dan
biarkan dadanya turun sepenuhnya, ini memerlukan waktu sekitar empat detik.
Ulangi prosedur sekali lagi dan kemudian periksa tanda peredaran darah.
• Jika tidak ada tanda‐tanda pemulihan, misalnya kembalinya
warna kulit menjadi normal kembali atau pergerakan apa pun, cobalah lakukan
resusitasi jantung paru. Tetapi jika terdapat tanda‐tanda pemulihan, namun korban belum
bernapas, berikan 10 napas bantuan permenit dan periksa tanda peredaran darah
setiap 10 napas. Jika korban kembali bernapas spontan, tempatkan dia dalam
posisi pemulihan.
2. Imobilisasi luka gigitan dan Lakukan pembalutan elastis
Pembalutan dimulai diatas luka gigitan,
jangan tutupi luka gigitan, sehingga memungkinkan untuk melakukan insisi
nantinya jika diperlukan. Jangan buka balutan hingga sampai di Klinik atau
Rumah Sakit.
Imobilisasi luka gigitan bisa dilakukan
dengan menggunakan bidai, atau papan yang menyangga tangan/kaki, sehingga
tangan/kaki korban tidak banyak bergerak.
3. Tenangkan korban
jangan banyak melakukan
aktifitas/gerakan yang menguras tenaga dan mempercepat detak jantung, karena
bisa ular akan semakin cepat menyebar seiring detak jantung.
4. Kenali ular yang menggigit (LANGKAH VITAL dan PENTING!)
Di Indonesia ini sangat penting dan
vital, karena tim medis akan lebih mudah dan cepat menanganinya jika mengetahui
jenis bisanya. Minimnya pengetahuan tim medis akan jenis ular juga biasanya
mempersulit penanganan pada korban.
• Jika dapat mengenali ular, sesuaikan
tindakan pertolongan sesuai dengan karakter efek bisa nya terhadap manusia.
• Jika luka gigitan terdapat dua titik
yang nyata, berarti berbisa tinggi
• Jika luka gigitan membentuk huruf U
dengan jumlah luka banyak berarti tidak berbisa.
• Jika tidak dapat mengenali jenis
ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi dan mematikan. Jika anda
memiliki telpon selular yang ada kameranya mungkin anda bisa memotretnya.
Hafalkan ciri‐ciri ular
tersebut (warna, bentuk tubuh, bentuk kepala, gerak‐gerik, dan perilaku khususnya)
5. Lakukan tindakan pertolongan pertama
Efeknya berbeda beda sesuai jenis racun
yang terkandung di dalam bisa ular.
Efek gigitan
pada umumnya :
• Pembengkakan pada luka, diikuti
perubahan warna
• Rasa sakit di seluruh persendian
tubuh
• Mulut terasa kering
• Pusing, mata berkunang ‐ kunang
• Demam, menggigil
• Efek lanjutan akan muntah, lambung
dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal
membersihkan darah.
Penanganan
jika tergigit dengan efek di atas :
• Posisikan bagian yang terluka lebih
rendah dari posisi jantung
• Ikat diatas luka sampai berkerut.
Setiap 10 menit, kendorkan 1 menit
• Buat luka baru deagn kedalam sekitar
1‐2 mm dengan
pisau, cutter, silet (yang disterilkan atau tidak, tergantung situasi). Buat
luka pada mulai dari bagian atas, melalui lubang luka akibat taring. INGAT ! irisan luka baru jangan
horisontal tetapi vertikal.
• Keluarkan darah sebanyak mungkin
dengan cara mengurut kearah luka baru. Korban akan terasa sangat kesakitan,
sehingga perlu dilakukan dengan hati – hati tetapi tetap berlanjut. Saat
mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Upaya pengeluaran dapat dibantu dengan alat
khusus “snakebite kit”, alat suntik (tanpa jarum), batang muda pohon
pisang, teknik menggunakan tali senar, dll....
• tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan racun
dengan menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada si penolong
karena racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi bahkan tertelan hingga
lambung dan usus.
• Proses itu dilakukan berulang‐ulang hingga darah berwarna merah
kehitaman dan berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah
segar.
Evakuasi
korban
Jika pertolongan tidak segera datang,
sebaiknya anda segera membawa korban ke Rumah Sakit terdekat untuk penanganan
lebih lanjut. Informasikan kepada tim medis / dokter kronologis yang terjadi,
apa yang sudah dilakukan dan ular apa yang menggigit, serta sudah berapa lama.
Biasanya dokter akan melakukan
observasi selama 1x24 jam setelah pasien mendapatkan suntikan antibisa ular dan
yang lainnya. INGAT !!!!
Tidak semua efek gigitan berbisa tinggi
seperti diatas. Jika yang diserang hanya syaraf, maka tidak terjadi
pembangkakan, demam, pusing, muntah dll. Penanganan gigitan ular welang, ular weling,
ular laut, ular pudak seruni membutuhkan teknik khusus karena spesifikasi
racunnya berbeda.
6. Perhatikan !!
‐ Jangan beri minuman beralkohol
‐ Usahakan agar korban tetap dalam
keadaan sadar
‐ Berikan semua jenis makanan dan
minuman yang bergizi
‐ Jangan bergerak berlebihan, istirahat
yang cukup
‐ Segera Evakuasi ke Rumah Sakit
terdekat
Pasca
Pertolongan Pertama
Setelah dibawa ke rumah sakit Korban
akan diberikan Serum Anti Bisa Ular (SABU) Polivalen. Kebanyakan Rumah Sakit di
Indonesia hanya menyediakan SABU polivalen yang diproduksi biofarma ini.
Polivalen artinya, Dalam satu Serum ini
terdapat lebih dari dua antibisa ular, yaitu untuk Ular Tanah, Kobra, welang,
weling. Dalam satu 1ml berisi :
1. 10‐50 LD50 bisa Calloselasma rhodostoma
(Ular Tanah)
2. 25‐50 LD50 bisa Bungarus candidus /
fasciatus (Welang / weling)
3. 25‐50 LD50 bisa Naja sputarix (Ular
Kobra)
4. Fenol 0,25% v/v.
Teknik
Pemberian
2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml
NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40‐80 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20
vial).
Catatan :
teknik pengobatan korban gigitan ular dengan antibisa harus dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan, dan harus dilakukan oleh tim Medis yang
berkompeten.
Rasa nyeri pada gigitan ular mungkin
ditimbulkan dari amin biogenik, seperti histamin dan 5‐ hidroksitriptamin, yang ditemukan pada
Viperidae. Sindrom kompartemen merupakan
salah satu gejalankhusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi edem
(pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor
(muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot),
pulselesness (denyutan).
Setelah dibawa ke Rumah Sakit atau
klinik terdekat, sebaiknya serahkan hal‐hal yang bersifat klinis kepada tim
medis. Ada baiknya tetap melakukan evaluasi personal terhadap diri sendiri.
Lawan bisa ular dengan sugesti‐sugesti positif dari dalam diri sendiri. Mengkonsumsi
Madu, susu, air putih, dan makanan bergizi lainnya terbukti sangat membantu
memulihkan kondisi paska gigitan. Bisa ular kemungkinan masih berada dalam
tubuh kita selama satu minggu atau bahkan lebih, bergantung penanganannya.
REFERENSI
Sudoyo AW, et.al. (ed.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
2006. FK UI. Jakarta. Hlm. 210‐212.
Sioux Indonesia. Makalah pengantar : Identifikasi dan Penanganan Ular di
Indonesia. 2011. Jakarta.
Warrel, David A. Guidelines for The Clinical Management of Snake bites in
the Sout‐East Asia Region.
1999. WHO. Thailand
WHO Regional Office for South‐East Asia. Report and Working Paper : Management
of Snake bite and
Research in Yangon Myanmar 2001.2002. New Delhi,
India.